Sepak terjang kekuasaan belakangan ini telah melahirkan kebinalan politik. Masing-masing kubu yang sebelumnya bersekongkol dan berkongsi tiba-tiba saling menepuk bokong. Kubu Ganjar dan Prabowo berseteru dalam selimut kekuasaan. Binal dan liar.
Keriuhan dukungan partai politik kepada Prabowo ditafsirkan sebagai “pembangkangan” Presiden Jokowi yang notabene adalah petugas partai moncong putih. Situasi ini semakin mentahbiskan kabar keretakan Istana dengan Teuku Umar.
Belum dingin kabar deklarasi dukungan Golkar dan PAN, gempa politik di kandang banteng kembali terkoyak. Budiman Sudjatmiko, kader banteng membelot dan bergabung ke Prabowo. Dengan cepat, langkah kuda itu dityding sebagai politik devide et empera ala Snouck Hurgronje.
Berbagai skenario politik kekinian ternyata menghasilkan maklumat politik: menyulut api di rumah sendiri. Panas terbakar. Sama-sama menjadi abu.
Mungkin inilah jalan takdir (God Way) bagi Anies Baswedan (ABW). Meski dihalangi dan diskenario gagal dalam pencapresan, ABW tetap kokoh. Dukungan rakyat seperti arus gelombang di kedalaman samudera: besar dan serempak.
Jalan perubahan adalah keniscayaan. Sebuah keniscayaan tidak hanya harus diperjuangkan. Keniscayaan perubahan harus direbut dan dihadirkan. Di bawah kepemimpinan ABW, perubahan Indonesia yang lebih baik harus dimenangkan. Sonder kaleng-kaleng.
Gaung Koalisi Perubahan dan Keadilan terus bergerak, menggaungkan resonansi ke setiap jengkal tanah Nusantara. Gelapnya malam akan segera berganti pagi. Temaram warna merah jingga menebar cakrawala. Sang Surya perlahan menampakkan terangnya. Kehangatan disambut suka cita. Seperti belenggu yang terlepas, rakyat berbondong-bondong meneriakkan harapan: ABW adalah Sang Surya Pemimpin Peradaban Indonesia Masa Depan.
Terang semesta di mana-mana. Di darat dan di lautan. Di ngarai dan perbukitan. Di desa dan perkotaan. Di sudut gang dan di jalanan. Di balik bilik bambu di tepi sawah dan di tembok rumah-rumah. Suka cita menyambut pagi. Nelayan tersenyum. Petani tertawa. Kaum buruh berderak, berlari. Guru dan murid bersorak sorai. Orang tua siswa dan setiap keluarga bergembira. Indonesia berhias wajah-wajah penuh harapan perubahan: minadzulumati ilannuur.
Wahai Sang Surya lambaikan tanganmu. Genggam hati dan jiwa rakyatmu. Jangan lagi menoleh ke belakang. Tatap masa depan gemilang. Negeri ini ada di tanganmu. Di tangan rakyatmu. Genggam erat. Bersatu padu. Bergerak serempak: Indonesia Maju.
Sepanjang mata memandang, laut tampak biru. Langit menyatu menjadi biru. Cahaya perubahan begitu nyata sebagai teladan kebersahajaan. Inilah masa depan Indonesia. Sang Surya melambaikan tangan kepedulian dalam bingkai kerendahatian, kesantunan, kesabaran, optimisme, dan tawakal.
Jalan takdir sedang berderak derai, bersorak sorai. Kebinalan akan tenggelam seperti kapal kertas yang berlayar di tengah samudera. Terombang ambing gelombang pasang. Antara berlindung hidup dan hidup di bawah perlindungan. Kekuasaan segarang itu tiba-tiba berkarat dan keropos.
Sang Surya telah berubah menjadi matahari yang menyinari bumi. Menumbuhkan padi, kapas, dan kayu-kayu jati. Juga bunga-bunga di taman dan rerumputan di padang gembala. Ternak-ternak ikut tumbuh beriringan, air tanah mengalir ke sungai-sungai harapan. Indonesia gemah ripah loh jinawi. Negeri yang baldatun tayyibatun warobbun ghofur.
Tak ada lagi permusuhan yang membinasakan. Berbeda bukan untuk dikriminalkan, dimusuhi, dan dikaramkan, lalu diberangus hingga ke akar-akarnya. Berbeda bukan untuk dinistakan, dicaci maki, distigma sebagai teroris, radikalis, atau dicap antipemerintahan.
Negeri ini dibangun dari pondasi perbedaan ide dan perdebatan gagasan. Pilar-pilarnya didirikan dari permenungan hati dan pikiran. Dinding-dindingnya terbuat dari batu bata kemanusiaan, persatuan dan permusyawaratan. Rumah Indonesia diatapi qolbu yang hanya percaya pada keesaan Tuhan. Keesaan yang melandasi pondasi, pilar, dinding dan atap negeri. Negeri Indonesia. Tanah air Beta…!!!.
Padamu negeri Kami berjanji
Padamu negeri Kami berbakti
Padamu negeri Kami mengabdi
Bagimu negeri Jiwa raga kami
Di bawah kepemimpinan ABW, Indonesia akan menjadi negeri terindah dalam dialektika pemikiran kebangsaan.
Di bawah kepemimpinan ABW, Indonesia akan menjadi negeri terindah dalam kehidupan beragama dan berbudaya.
Di bawah kepemimpinan ABW, Indonesia akan menjadi negeri paling indah dalam penumbuhan peri kemanusiaan, pembangunan keberadaban, penguatan persatuan, pengembangan gotong royong dan kesalehan sosial dalam keadilan.
Kita tak akan terhina jika kita tak berbuat kejahatan dan kedinaan. Kita tak teraniaya jika kita tak melakukan kezaliman. Kita tak terpinggirkan jika kita tak menepikan diri dan anti sosial.
Kita akan menjadi manusia Indonesia yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Kita akan menjadi pribadi-pribadi Nusantara yang setara dan sejajar, saling mengasihi dan menyayangi sebagai saudara seiman dan senasib sepenanggungan. Kita akan menjadi orang-orang Indonesia yang merdeka seutuhnya, jiwa raga, lahir dan batin.
Jalan takdir telah dimulai. Mari Bersama ABW membangun Indonesia. Ayo Bersama ABW menjayakan tanah air tumpah darah kita: Indonesia. Berubah untuk kebaikan atau mati tak ada arti. (HB Arifin)