NGAJI Gus Baha itu menarik. Banyak kisah yang bisa menjadi pengingat untuk menambah keimanan dan keyakinan.

Alkisah sebuah cerita. Ada dua orang penghuni neraka. Sudah ratusan bahkan ribuan  tahun di neraka. Keduanya dalam keadaan dikerangkeng.

Tiba-tiba keduanya dipanggil oleh Allah SWT di surga.  Kepada kedua orang ini, Allah SWT bertanya,”Mengapa engkau sampai menjadi penghuni  neraka?”

Si A dan Si B serentak  menjawab begini. “Saya ini memang sering berbuat dosa dan maksiat selama di dunia.”

Kata Allah SWT, ya pantas saja kamu masuk neraka. Kalau begitu, kembalilah kamu berdua ke neraka.

Si A dengan cekatan berlari secepat-cepatnya ke neraka. Si B berbeda. Ia berjalan lambat sekali. Klewas-klewes. Melihat reaksi dua manusia pendosa ini, Allah SWT memanggil keduanya kembali.

Akhirnya kedua manusia penghuni neraka itu ditanya. Kepada si A, Allah SWT bertanya,”mengapa engkau berlari begitu cepat untuk kembali ke neraka?”

Dengan gembiranya, si A menjawab,”Selama di dunia saya tidak pernah peduli semua perintah Mu. Makanya begitu sekarang  diperintah, saya ingin melaksanakan perintah Mu. Walaupun itu harus kembali ke neraka.”

Mendengar jawaban ini, Allah SWT kemudian memasukkan si A ke dalam surga.

Giliran si B. Ia juga ditanya, mengapa ia klewas-klewes ketika disuruh kembali ke neraka.

Dengan entengnya si B berkata,”Ya Allah, ketika Engkau memanggil saya ke sini, dalam hati,  saya sudah berprasangka baik, husnudzon, saya akan diampuni dan masuk ke dalam  surga Mu. Rupanya Engkau minta saya kembali neraka lagi.”

Mendengar jawaban si B, Allah SWT memasukkan si B ke dalam surga.

Akhirnya kedua penghuni neraka itu masuk ke dalam surga yang di dalamnya begitu berlimpah kenikmatan dan kebahagiaan.

Kata Gus Baha begini. “Logika Allah SWT  itu tidak bisa ditebak.”

Orang yang berlari kencang ke dalam neraka dimasukkan ke dalam surga. Mengapa? Sebab ia tunduk atas perintah Allah SWT. Walaupun diminta kembali masuk ke dalam neraka. Selama ini,  ia tak pernah nurut. Diperintah sholat, ia ogah. Diperintah puasa, ia  nolak. Ia Tak pernah tunduk. Diperintah jangan berbuat maksiat, ia  malah zina. Diperintah jangan meminum khamr, setiap hari ia  teler.

Ia tak pernah melaksanakan perintah Allah SWT hingga ia dikhisab dan  masuk neraka jahanam.

Ketika si A mendengar Allah SWT memberi perintah untuk kembali masuk ke dalam kerak neraka, saat itulah ia menganggapmya sebagai kesempatan penting untuk melaksanakan perintah Nya. Atas sikap  ketawadhuan ini, Allah SWT memberi ganjaran surga.

Sementara si B dimasukkan oleh Allah SWT ke surga karena sikap husnudzonnya kepada Allah SWT. Ia berbaik sangka akan mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT.   Ia merasa akan selamanya keluar dari neraka dan pindah ke surga. Akibat sikap husnudzon inilah, Allah SWT memasukkan si B ke dalam surga.

Kisah ini, dengan redaksi yang agak berbeda, disebutkan oleh  Bahrus Surur, guru di Sumenep,  terdapat dalam Kitab  Ihya Ulumuuddin Jilid 4 Bab Al Khauf wa Al Raja. Bab ini membahas harapan dan ampunan.

Ia menerangkan sebuah hadist yang disampaikan Jabir r.a. Tiga hari mejelang wafat,  Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah.” (HR Muslim)

Jadi, berbaik sangkalah kepada Allah SWT. (habe arifin)