JAKARTA | ripost.id – Menanggapi polemik makan siang gratis atau yang kini berubah menjadi makan bergizi gratis, Ketua NU Circle Dr. R. Gatot Prio  Utomo sangat setuju dan mendukung program tersebut.  Berdasarkan riset, siswa yang sarapan setiap hari terbukti lebih berprestasi di sekolah dibandingkan yang tidak sarapan.

“NU Circle punya pengalaman langsung  membantu sarapan siswa SD di Bogor. Hasilnya terlihat bahwa siswa yang tidak sarapan tampak letih lesu dan tidak bergairah di sekolah. Hal ini menghambat proses belajarnya. Siswa yang sarapan lebih semangat dan berprestasi di sekolah,” kata Gatot di Jakarta, Jumat (24/5/2024).

Pada tahun 2017 hingga 2019, bersama SDN Cikaretek Bogor dan SD Kupu Kupu Jakarta, NU Circle membuat program makanan bergizi atau sarapan gratis. Program ini terhenti setelah datang Pandemi Covid 19 karena sekolah diliburkan.

Selama program dijalankan, para siswa sangat bersemangat pergi ke sekolah. Mereka antusias belajar, mudah menerima materi pembelajaran dan disiplin mengantre makanan. “Dari pengalaman ini, NUC sangat setuju dan mendukung  program sarapan gratis yang akan diberlakukan pemerintahan Prabowo-Gibran untuk menggantikan program  makan siang gratis,” ujar pria yang akrab disapa Gus Pu ini.

Menurut Gus Pu, berdasarkan program Service Delivery Indikator (SDI) yang dilaksanakan World Bank, AusAid dan Kementerian Agama pada tahun 2020,   siswa yang sarapan memang memiliki kemampuan lebih baik daripada yang tidak sarapan.

“Hasil SDI tahun 2020 menunjukkan semua murid yang  sarapan di SD/MI baik di perkotaan maupun perdesaan, negeri maupun swasta, memiliki  hasil belajar beberapa “point” lebih baik daripada  yang tidak sarapan,” tegasnya.

Ditegaskannya, siswa terutama SD dan MI, tidak semua bisa sarapan. Kendalanya beragam. Berdasarkan pengalaman NUC, kendala utama karena anak-anak berada di lingkungan orang tua yang miskin sehingga orang tuanya tidak memberikan sarapan bagi anak-anaknya. “Kondisi ekonomi orang tuanya yang sangat terbatas sehingga anak-anak berangkat sekolah tidak sarapan di rumah,” tambahnya.

Program makanan atau sarapan bergizi Prabowo-Gibran sangat diharapkan bisa konsisten dijalankan di sekolah dasar dan madrasah serta pesantren di Indonesia. Program ini diharapkan bisa memperkuat kualitas gizi dan daya imun anak-anak dan sekaligus meningkatkan kemampuan belajar di sekolah. Dengan semangat belajar, diharapkan kemampuan literasi dan numerasi siswa akan meningkat sedikit lebih baik.

“Selama 20 tahun lebih, kompetensi literasi dan numerasi anak Indonesia sangat rendah. Level kemampuan anak Indonesia berada di bawah  2. Kompetensi ini mempengaruhi indeks modal manusia Indonesia yang diprediksi tahun 2042 mendatang hanya memiliki kemampuan profuktif sebesar 54 persen.  Ini sangat mengkhawatirkan,” katanya.

Padahal, kata Gus Pu, Indonesia memiliki cita-cita pada tahun 2045 akan menjadi negara maju dengan PDB terbesar ke-4 di dunia. Dengan index modal manusia (Human Capital Index) yang hanya 54 persen, generasi Indonesia hanya mampu menyelesaikan setengah pekerjaan dibandingkan produktivitas bangsa lain, seperti Singapura, Rusia dan China.

“Ini pekerjaan besar bagi Prabowo-Gibran untuk menyiapkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Harus ada gerakan yang lebih mendasar, sistematis, terstruktur dan masif untuk mengatasi masalah ini,” tandas Gus Pu. rps