LAMONGAN | ripost.id – Guru-guru Sekolah Dasar dari 27 Kecamatan se-Kabupaten Lamongan antusias mengikuti Pelatihan Untuk Pelatih Literasi Matematika Gernas Tastaka. Para guru ini digembleng bagaimana menerapkan pembelajaran matematika yang bernalar, kontekstual, sederhana, dan mendasar.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan Munif Syarif menyatakan pelatihan literasi numerasi ini sangat penting untuk mewujudkan generasi emas Indonesia.
“Pelatihan ini sangat penting untuk membangun dan mewujudkan generasi emas Indonesia di masa depan. Pendekatan konkret berdasarkan pengalaman siswa sehari-hari akan sangat membantu siswa mengembangkan nalarnya,“ tegas Munif Syarif.
Munif Syarif menuturkan kompetensi literasi nunerasi sangat dibutuhkan di masa depan. Guru-guru di Lamongan diharapkan dapat memperkuat kompetensi literasi numerasi dan menularkan ke guru-guru lainnya.
“Setelah pelatihan ini guru-guru dapat mendesiminasikan ke teman sejawatnya, kepada guru-guru lainnya, “ ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Pembina Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas Heru B. Arifin mengaku bangga atas antusiasme guru-guru di Lamongan.
“Para guru ini berasal dari 27 Kecamatan di Lamongan. Mereka bisa menjadi duta-duta baru Gernas Tastaka sehingga pembelajaran literasi matenatika bernalar kontekstual bisa diterapkan di kelas-kelas pembekajaran,” ujarnya.
Dikatakannya, saat ini banyak pembelajaran matematika di kelas-kelas tidak mencerminkan pembelajaran matematika. Sebab di kelas matematika tidak terjadi proses bermatematika. Akibatnya, kompetensi matematika siswa Indonesia selalu berada di level terendah dari berbagai survei yang dilakukan organisasi kerjasama pembangunan ekonomi OECD (Organisatikn for Economic Co-operation and Development).
“Gernas Tastaka membangun standar proses bermatematika dengan indikator yaitu penalaran dan pembuktian, koneksi, representasi, komunikasi, pemecahan masalah. Plus pendekatan konkret gambar abstrak. Di kelas matematika harus terjadi proses bermatematika tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, setiap guru di kelas sekolah dasar harus membawa anak-anak ke indikator tersebut. “Dengan cara itu, anak-anak diajak untuk bernalar dengan baik sesuai dengan perkembangan kognitif anak-anak. Dengan pendekatan konkret-gambar dan abstrak anak-anak akan mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang menakutkan,” katanya.
Saat ini, Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka) telah bergerak melakukan pelatihan literasi matematika di hampir 27 provinsi di Indonesia, lebih dari 100 kabupaten dan kota. Gernas Tastaka juga bersinergi dengan berbagai elemen masyarakat, Organisasi Penggerak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek, BUMN, Organisasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah. Sasaran pelatihan juga menyebar ke guru sekolah dasar, guru madrasah ibtidaiyah di sekolah formal dan madrasah ibtidaiyah di pesantren serta di Pondok Pesantren Muadallah. rls