SURABAYA | ripost.id – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diminta bertanggungjawab atas munculnya kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA) yang jumlahnya di Indonesia terus bertambah.

Anggota komisi E DPRD Jatim dr. Benyamin Kristianto mengatakan, bahwa merebaknya kasus GGAPA itu yang perlu ditekankan adalah kinerja BPOM terlewati dalam memfilter obat-obatan yang kadarnya berbahaya.

“Tentunya ada preventif pencegahan bukan upaya pengobatan yang dilakukan. Dalam kasus ini jelas, BPOM yang harus tanggungjawab,” tegas politikus Partai Gerindra ini saat dikonfirmasi, Minggu (23/10/2022).

Pria yang juga seorang dokter ini  menyoroti rencana Kemenkes untuk mendatangkan 200 Vial obat gangguan gagal ginjal akut dari luar negeri.

“Saat Covid-19 anggaran digunakan untuk membeli obat-obat impor. Sekarang ini juga rencana membeli obat impor lagi yang akhirnya menyedot anggaran APBN,” jelas Benjamin.

Idealnya, sambung Benyamin pemerintah melibatkan anak bangsa atau perusahaan dari dalam negeri untuk menciptakan obat-obat yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut.

“Banyak sekali ahli di Indonesia termasuk kalangan kampus yang memiliki kemampuan tersebut,” dalih pria asal Sidoarjo ini.

Sebelumnya, Menkes RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan akan mendatangkan antidotum (Fomepizole) dari Singapura sebanyak 200 vial untuk obat pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury).

Budi bahkan mengaku dirinya telah menghubungi Menteri Kesehatan Singapura dan Australia tentang obat penyakit ginjal akut ini.

“Saya sudah kontak teman saya Menteri Kesehatan Singapura dan Australia. Kita mau bawa 200 dulu, karena satu vial bisa buat satu orang. Ada beberapa kali injeksi tapi bisa cukup satu vial”, kata Budi Gunadi di Gedung Adhyatama Kemenkes RI, Jumat (21/10) lalu.

Ia mengatakan, harga satu vial Fomepizole dari Singapura itu sekitar Rp 16 juta dan akan ditanggung pihak Kementerian Kesehatan.

“Untuk harga satu vialnya Rp16 juta harganya, itu untuk sementara kita yang nanggung,” dalih Budi Gunadi.

Sekadar diketahui, hingga per 21 Oktober 2022, Kemenkes mengumumkan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia telah mencapai 241 kasus dengan persentase angka kematian 55 persen atau 133 diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Di Jatim sendiri per 20 Oktober 2022 tercatat ada sebanyak 23 kasus GGAPA. Sebanyak 10 kasus dirawat di Surabaya dan 9 kasus dirawat di Malang. Korban meninggal sebanyak 12 orang, sembuh 8 orang dan 3 orang masih salam perawatan. rps