JAKARTA | ripost.id – Terbongkarnya 400 orang Tim Bayangan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek terus menimbulkan polemik. Masyarakat profesional santri yang tergabung dalam Perkumpulan  Nusantara Utama Cita  (NU Circle) mencurigai carut-marut berbagai kebijakan pendidikan selama ini  akibat salah desain oleh Tim Bayangan ini. Salah satunya  kebijakan Profil Pelajar Pancasila yang nilai-nilainya TIDAK diturunkan dari nilai luhur Pancasila, seperti tertuang dalam Naskah Akademik RUU Sisdiknas.

Demikian ditegaskan Ketua Bidang Kajian dan Riset Kebijakan Pendidikan NU Circle  Ki Bambang Pharma di Jakarta Sabtu (24/9/2022).

“Kami curiga keberadaan Tim Bayangan ini yang menyebabkan terjadinya carut marutnya  kebijakan pendidikan nasional.  Akibat ketidakpahaman dan kepongahannya menyebabkan  salah desain kebijakan pendidikan nasional.  Mereka bahkan gagal paham nilai luhur Pancasila sehingga mendesain Profil Pelajar Pancasila justeru tidak diturunkan dari  nilai-nilai Pancasila,” tuturnya.

Secara terang-terangan, Naskah Akademik RUU Sisdiknas tidak menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai nilai dasar Profil Pelajar Pancasila yang kini menjadi kebijakan resmi Menteri Nadiem Makarim. Bahkan meski RUU Sisdiknas belum disahkan dan ditolak oleh Badan Legislasi DPR RI masuk dalam Prolegnas Prioritas 2022, kebijakan Profil Pelajar Pancasila yang tidak merujuk  nilai luhur Pancasila itu sudah diberlakukan.

“Awalnya nilai-nilai agama hilang lalu direvisi dan diralat setelah diprotes masyarakat. Kini nilai Pancasila yang masih hilang adalah nilai kebangsaan, nasionalisme dan keadilan sosial. Semua nilai itu tetap hilang. Padahal seharusnya nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila harus diturunkan langsung dari Nilai Luhur Pancasila bukan seenaknya sendiri diambil dari nilai universal,” tambah Ki Bambang Pharma.

Menurut Ki Bambang, 400 anggota  Tim Bayangan Nadiem ini juga gagal paham hubungan Pancasila dengan Kewarganegaraan. Bahkan tidak paham bagaimana pendidikan didefinisikan.

“Mereka juga tidak memahami definisi pendidikan akibatnya seluruh struktur dan bangunan filosofis RUU Sisdiknas berantakan. Bahasa Indonesia bahkan hanya dimaknai sebagai alat komunikasi. Padahal bahasa Indonesia bukan hanya alat berkomunikasi tetapi alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia dan bahasa perjuangan bangsa Indonesia  sehingga harus tetap menjadi bahasa pengantar di sekolah,” katanya kritis.

NU Circle meminta dilakukan investigasi dan pengusutan terhadap 400 orang Tim Bayangan, siapa mereka dan apa misi terselubungnya.

“Karena sudah menyentuh aspek nilai nilai luhur Pancasila yang dihilangkan, patut dicurigai 400 anggota Tim Bayangan ini membawa misi terselubung untuk menghancurkan generasi masa depan Indonesia. Ini sangat berbahaya. Apalagi 400 anggota itu tidak pernah dites atau lulus Tes Wawasan Kebangsaan,” tegas Ki Bambang.

Sementara itu, Waketum DPN Vox Point Indonesia Indra Charismiadji meminta Mendikbud dan Ristek  Nadiem Makarim membubarkan 400 anggota Tim Bayangan ini.

“Bubarkan organisasi bayangan ini. Kalau Mendikbud Ristek tidak mampu bekerja sama dan membangun ASN di Kemdikbud, bisa dipastikan dia juga tidak mampu membangun SDM Indonesia di masa depan,” tegas Indra. rps